Oleh
ELISYA SOVIA, S.Pd, Gr
SMA Negeri 1 Pasie Raja CGP-4 Kabupaten Aceh Selatan
Sebagai seorang guru, kita dituntut bisa menjadi pemimpin pembelajaran, namun realitanya kita senantiasa dihadapkan dengan berbagai kendala dalam pengambilan keputusan dalam situasi yang mengandung Dilema Etika dan Bujukan Moral. Melalui tulisan ini saya akan berbagi pandangan dan pendapat setelah mempelajari modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak tentang bagaimana menerapkan prinsip, paradigma- paradigma yang mampu mengarahkan kita menjadi pemimpin pembelajaran yang arif dan bijaksana yang mampu menguasai 9 (Sembilan) keterampilan kepemimpinan pendukung pemimpin pembelajaran.
Hubungan Patrap Triloka Dengan Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran.
Dasar Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan adalah menuntun peserta didik sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka beliau menggagas sebuah konsep yang dijadikan sebagai prinsip dasar para guru dalam melakukan pendidikan di Taman Siswa. Terdapat tiga unsur penting dan terkenal dalam Patrap Triloka, yaitu: (1) Ing ngarsa sung tulada, yang di depan memberi teladan, (2) Ing madya mangun karsa "yang di tengah membangun kemauan, (3) Tut wuri handayani, dari belakang mendukung. Konsep ini memberikan pengertian bahwa keberadaan seorang guru hendaknya memberikan keteladanan. Jika dikaitkan dengan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, maka seorang guru ketika memberikan keputusan atau kebijakan hendaknya bisa memberikan teladan kepada peserta didik mapun warga sekolah yang lainnya. Seorang guru mampu memberikan motivasi, dukungan kepada muridnya dalam upaya mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Sebagai contoh di-Era Digital yang serba menggunakan IT, maka seorang guru bisa mengambil langkah yang tepat dalam pelaksanaan PBM sehingga terjalin kolaborasi yang baik antara guru sebagai fasilitator pembelajaran. Selain itu, guru yang ideal juga mengerti bahwa sebuah kelas terdiri dari berbagai individu dengan berbagai latar budaya, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kepribadiannya, maka sudah seyogyanya guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna dan memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. hal ini dapat terwujud apabila Patrap Triloka mampu diterapkan oleh guru tersebut.
Hubungan Nilai-nilai Dalam Diri Seseorang Dengan Prinsip Dalam Mengambil Keputusan
Salah satu yang mempengaruhi pengambilan keputusan pada suatu situasi atau masalah yang dihadapi adalah prinsip-prinsip atau nilai-nilai yang terdapat di dalam diri seseorang. Maka dapat disimpulkan bahwa keputusan yang diambil seseorang mencerminkan bagaimana identitasnya. Melalui Diagram Gunung Es pada modul 2.2 Pendidikan Guru Penggerak kita mengetahui bahwa identitas seseorang terbentuk oleh 3 hal, yaitu, Kepercayaan, Nilai-nilai dan Pola Pikir. Nilai- nilai dalam diri membentuk kepribadian yang apabila menghadapi suatu penyelesaian, maka seseorang cenderung melihat dalam sudut pandang (Subjektif) yang akhirnya berpengaruh kepada pemilihan paradigma pengambilan keputusan.
Gambar 1. Diagram Gunung Es
Oleh karena itu, sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang seharusnya memberikan keteladanan kepada peserta didik dan rekan sejawat sudah seharusnya kita menanamkan nilai-nilai positif di dalam diri mampu menciptakan keputusan yang nyaman bagi semua pihak, betanggunggung jawab, mengandung nilai kebajikan serta berpihak kepada murid.
Coaching Sebagai Sarana Memetakan Masalah Dan Potensi Penyelesaian
Kegiatan Coaching diperlukan untuk mendapatkan keputusan yang bijak. Penerapan Langkah-langkah Coaching dengan model TIRTA memudahkan kita kita memahami masalah, potensi Cochee (rekan / murid yang mengalami permasalahan) dan aset-aset apa saja yang dapat dijadikan alternative dalam memecahkan kasus Dilema Etika yang sering terjadi dalam lingkungan sekolah.
Langkah dalam identifikasi masalah mampu membuat kita memetakan nilai yang bertentangan dengan benar serta memahami fakta-fakta yang relevan dengan situasi yang terjadi. Selanjutnya penggunaan komunikasi asertif dan pertanyaan-pertanyaan reflektif diperlukan untuk membangun sinergitas serta mengarahkan kita mencapai pemecahan masalah yang seharusnya. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ketercapaian suatu keputusan selain karena nilai yang terdapat di dalam diri juga mampu memahami permasalahan yang terjadi dan mencoba fokus kepada potensi yang dimiliki dalam penyelesaiannya, untuk mewujudkan hal tersebut, maka penerapan Coaching yang tepat (sesuai dengan langkah-langkahnya) mampu membantu terwujudnya keputusan yang baik.
Hubungan Kemampuan Guru Dalam Mengelola Dan Menyadari Aspek Sosial Emosional Dengan Pengambilan Keputusan
Gambar 2. 9 keterampilan kepemimpinan
Guru diharapkan memguasai 9 keterampilan kepemimpinan sebagai pemimpin pembelajaran yang bertujuan untuk terciptanya lingkungan yang positif dan berpihak kepada murid sehingga mampu mewujudkan visi dan misi bersama. Adapun 9 keterampilan tersebut adalah Pengetahuan diri, Manajemen waktu dan Kehidupan, Agen Perubahan, Usaha dan Tujuan Bersama, Pengambilan Keputusan Beretika, Pengaruh Komunikasi Persuatif, Budaya Iklim Komunitas, Trasnsisi Kepemimpinan dan Pelaksanaan suksesi, Arahan yang jelas dan Tegas. Untuk mewujudkan 9 keterampilan ini seorang guru harus mempunyai kesadaran penuh (Mindfulness) yang mencakup
Kesadaran diri dan pengelolaan diri
Mencakup pengenalan emosi yang bertujuan untuk merespon terhadap kondisinya sendiri secara lebih tepat sehingga guru maupun murid bisa bertindak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dihadapinya. Sebagai manusia, kita sering mengalami permasalahan dalam menghadapi kegiatan dan ritunitas yang padat yang berakibat kepada kinerja dan emosional yang tidak terkendali. Oleh karena itu, kita bisa melakukan pengelolaan diri dengan melakukan latihan STOP. Latihan STOP dapat dilakukan sebelum ujian, sebelum melakukan presentasi, pidato, atau situasi menegangkan lainnya. Anda dapat mempraktikkan latihan STOP saat Anda ingin mengembalikan fokus pada suatu pekerjaan, setelah Anda mengerjakan tugas yang menantang, atau membangun fokus pada suatu pekerjaan baru.
STOP yang merupakan akronim dari: Stop/ Berhenti. Hentikan apapun yang sedang Anda lakukan. Take a deep Breath/ Tarik napas dalam. Sadari napas masuk, sadari napas keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk, napas keluar. Observe/ Amati. Amati apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda? Amati perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut yang mengempes saat Anda membuang napas. Amati pilihan-pilihan yang dapat Anda lakukan. Proceed/ Lanjutkan. Latihan selesai. Silahkan lanjutkan kembali aktivitas Anda dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap yang lebih positif.
Kesadaran sosial, keterampilan relasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Keterampilan berempati merupakan keterampilan yang membantu seseorang memiliki hubungan yang hangat dan lebih positif dengan orang lain. Hal ini mampu memberikan sugesti positif dalam merespon situasi ataupun permasalahan yang terjadi sehingga mampu memberikan penyelesaian secara bijak. Dengan kemampuan berempati, kita dapat membangun hubungan yang lebih melibatkan (engaged) dengan menerima dan memahami orang lain dan hal ini mampu meningkatkan relasi yang baik dengan rekan maupun murid di sekolah. Keterampilan relasi didasari dengan adanya komunikasi positif yang dilandasi rasa saling menghargai juga akan dapat memperkuat rasa percaya dan relasi yang ada. Adanya komunikasi dan relasi yang terbangun memungkinkan terwujudkan lingkungan yang nyaman dan inklusif.
![]() |
Gambar 3: Kesadaran Sosial Emosional |
Dengan adanya Mindfulness, kita mampu menyadari potensi diri, lingkungan dan masalah itu sendiri sehingga keputusan yang didapatkan nantinya mengarah kepada tujuan bersama, tanpa penilaian subjektif karena telah melibatkan pandangan orang lain serta mampu dipertanggungjawabkan kedepannya.
Strategi Pengambilan Keputusan Yang Tepat Untuk Menciptakan Lingkungan Yang Positif, Kondusif, Aman Dan Nyaman.
Menjadi pemimpin pembelajaran bukanlah hal yang mudah, kita akan dihadapkan oleh berbagai sudut pandang dan kepentingan dalam memandang dan memaknai situasi yang terjadi. Keputusan yang baik bukan berarti keputusan yang mampu menyenangkan semua pihak, karena itu tidak akan mungkin terjadi, maka yang harus kita pahami , keputusan tersebut bisa dipertanggungjawabkan, mengandung nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak kepada murid. Oleh karena itu, strategi yang dapat kita lakukan adalah
Menggunakan Paradigma dalam Pengambilan keputusan yang sesuai dengan situasi atau masalah yang terjadi. Adapun Paradigma pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah individu vs masyarakat, keadilan vs kasihan, kebenaran vs kesetiaan, dan jangka pendek vs jangka panjang.
Memahami Prinsip dalam pengambilan keputusan yang bijak sesuai dengan situasi. Kepiawaiyan kita dalam menggunakan prinsip mengarahkan kita kepada keputusan yang tepat. Adapun Prinsip tersebut adalah berfikir berbasis peraturan, berfikir berbasis rasa peduli dan berfikir berbasis hasil akhir
Menerapkan 9 ( Sembilan) langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meninjau dan merefleksi situasi yang dihadapi, memetakan masalah dan potensi menyelesaiannya. Adapun langkah-langkahnya adalah: (a). Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini; (b). Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini; (c) Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini; (c). Pengujian benar atau salah melalui Uji Legal, Uji Regulasi/Standar Profesional; (d). Pengujian Paradigma Benar lawan Benar untuk menentukan prinsip dan arah kebijakan yang akan diambil; (e). Melakukan Prinsip Resolusi; (f). Melakukan Investigasi Opsi Trilema; (g). Menbuat Keputusan; (h). Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Hal-Hal Yang Dilakukan Guru Sebagai Pemimpin Pembelajaran Dalam Mengambil Keputusan Yang Dapat Berpengaruh Terhadap Kehidupan dan Masa Depan Murid
Untuk mewujudkan keputusan yang berpihak kepada murid, maka seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat memperhatikan beberapa hal
Penggunaan Coaching sebagai langkah dalam menuntun dan menemukan potensi, memberikan motivasi, meningkatkan komitmen dan sikap tanggungjawab murid.
Berpegang kepada budaya positif yang dapat terwujud dengan adanya beberapa hal yaitu: muatan Kebutuhan dasar, Keyakinan kelas, Posisi kontrol dan Restitusi
Meningkatkan Nilai dan peran sebagai guru penggerak.
Gambar 4. Nilai dan Peran Guru Penggerak
Melalui Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran mengarah kepada kemampuan kita melihat suatu situasi dan menyelesaikannya sesuai dengan kaidah-kaidah nilai kebajikan, tanggungjawab dan berpihak kepada murid. Penyelesaian terbaik didapat ketika kita mampu memenimalisir dampak setelah keputusan tersebut diberikan kepada orang lain. Di dalam pengambilan keputusan kita harus memahami unsur-unsur, prinsip, paradigma dan langkah dalam pengujian keputusan sehingga keputusan yang dihasilkan sudah dipertimbangkan dengan matang dan berpihak kepada orang banyak.
Rujukan :
Modul 1.1: Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional: Ki Hadjar Dewantara
https://drive.google.com/file/d/1KE0ei6_JOvxpjPjfgmLKY_V7Y9XSJYrD/view
Modul 1.2 Nilai-Nilai Dan Peran Guru Penggerak
https://drive.google.com/file/d/1Ayj-k7M8GRavL_eudgVgTXa1fW4dj9ZX/view
Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional
https://drive.google.com/file/d/1r5tOo8GOE2BFxX_HyJxzBoICIfqvYk0u/view
Modul 2.3 Coaching
https://drive.google.com/file/d/1M3Rwb0A6fk0LM73AmN78pdwZ42TcB0gg/view
Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
https://drive.google.com/file/d/1bB2Y3SUBa6dKAw1ZlCd6EtgWN-_ZySY4/view
ooOoo