Oleh: Dian Diana, M.Pd.
(SMPN 1 Cihampelas, KBB, Jawa Barat)
Menelisik asumsi tentang pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang membosankan. Ini merupakan tantangan yang membutuhkan perjuangan untuk mematahkannya. Tak dapat dipungkiri, saat kita sekolah dulu pun, kemungkinan besar berpendapat sama. Adakalanya guru pengajar IPS berganti dengan mudahnya, tanpa latar belakang pendidikan ke-IPS an yang mumpuni. Hal ini berlangsung lama, dan menjadi character
assassination
yang berkepanjangan bagi mata pelajaran yang satu ini.
Setelah bergulir tentang keprofesionalan guru, barulah seleksi alam terjadi. Latar belakang pendidikan guru IPS sekarang ini beragam.
Misalnya, guru yang berlatar Pendidikan Geografi, di mana posisi keilmuannya berada pada 3 kaki. Satu kaki mempelajari lingkungan fisik yang berpengaruh pada kehidupan manusia, kaki kedua menggali hubungan manusia dalam bermasyarakat, dan kaki yang lain pengkajian penampakan dengan menggunakan teknologi, terutama untuk Sistem Informasi Geografi.
Latar belakang pendidikan ini, menjadi bekal, untuk memantaskan diri sebagai guru IPS. Tak cukup hanya bidang geografi saja yang harus dikuasai, tiga ilmu dasar lainnya dalam IPS, menunggu untuk dipelajari, bidang sejarah, ekonomi, dan sosiologi. Pendekatan interdisipliner menjadi kajian menarik dalam IPS. Bahkan pada pengembangan pembelajaran di kelas, saat membahas satu fenomena, ilmu lain pun turut mendukung mengungkap pemecahan masalah yang terjadi. Pendekatannya bertambah lagi menjadi multidisipliner.
Secara otomatis, kita harus mencari tahu berbagai informasi, untuk menambah wawasan keilmuan, agar setiap pembelajaran yang disajikan di kelas,
dapat memperkaya pengetahuan dan keterampilan siswa. Dan yang paling penting dalam pendidikan sekarang ini, yaitu penanaman nilai-nilai karakter yang harus dimiliki oleh siswa. Talenta sebagai ilmuwan yang terus menerus belajar, menjadi dasar kita untuk mengembangkan diri.
Guru IPS harus berusaha untuk melayani siswa, baik di dalam kelas, maupun di luar kelas. Ketika di dunia nyata, maupun di dunia maya. Hal ini sangat membantu guru untuk mngenal nama siswa dan memahami karakteristik mereka. Saat berkomunikasi dengan anak didik kita kadang kala kita memposisikan diri sebagai seorang guru. Pada waktu yang lain, menjelama sebagai sahabat, bahkan pada waktu tertentu kita menjadi orangtua bagi mereka. Talenta pada diri kita yang muncul di sini, yaitu menjadi seorang psikolog dan ahli komunikasi.
Peran penting guru IPS dalam kegiatan belajar mengajar di antaranya untuk menghidupkan skenario yang telah dirancang. Rancangan ini dibuat untuk memberikan sajian menarik, yang
diharapkan akan menambah wawasan,
menginspirasi, menghibur, dan menghasilkan pembelajaran bermakna (meaningfull learning). Siswa yang
menjadi sasaran utama, memainkan peran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
telah dirancang dalam susunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Talenta guru yang
harus dipoles, yaitu kita mampu menjadi sutradara yang
menghidupkan cerita.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat, dapat menolong
guru untuk membangkitkan gairah siswa dalam belajar. Oleh karena itu, guru harus menguasai atau menciptakan beragam model yang akan mengantarkan kita dan siswa pada pembelajaran yang kaya pengetahuan,
penuh keterampilan, pembiasaan bersikap, bekerjasama, saling menghargai, dan menyenangkan.
Model
pembelajaran yang digunakan untuk mata pelajaran IPS, harus bervariasi pada setiap pertemuannya. Kreativitas
guru untuk memilah materi akan medorong pembelajaran yang berkualitas, memadukan materi dengan
model pembelajaran yang sesuai memerlukan skill
khusus. Tentu saja, ini berawal dari perencanaan pembelajaran atau skenario yang
kita buat.
Agar siswa selalu fokus belajar dan tidak jenuh dalam pembelajaran,
guru dapat memberikan kegiatan yang akan memecah kebosanan. Salah satunya dengan ice breaking. Kegiatan ini dilakukan untuk mencairkan suasana dalam belajar. Tujuan penerapan ice breaking dalam pembelajaran, intinya untuk menggairahkan,
dan membuat peserta didik lebih konsentrasi dalam belajar. Selain itu, siswa dikondisikan untuk dinamis, kreatif,
bekerjasama, komunikatif dalam proses pembelajaran. Jenis ice breaking dapat dibagi menjadi dua. Pertama, ice breaking tanpa menggunakan media yang
hanya mengandalkan anggota tubuh saja. Kedua, ice
breaking yang menggunakan berbagai media untuk menunjukkannya.
Penempatan ice breaking dalam kegiatan belajar mengajar dapat ditempatkan
di mana saja. Bisa di kegiatan pendahuluan, inti, atau penutup. Guru harus tahu,
bagianmana kegiatan yang akan penuh konsentrasi, dan kegiatan mana yang cenderung monoton,
dan kegiatan mana yang perlu dinamis. Di sini talenta guru yang
ditampilkanya itu sebagai motivator sejati.
Hal
lain yang membuat cair suasana dalam pembelajaran, saat guru melemparkan
humor-humor segar sebagai selingan dalam kegiatan mengajar. Siswa merima sekian banyak materi dan tugas setiap hari
di sekolah. Ketegangan saat belajar akan memberikan beban lebih banyak pada siswa. Sebagai
guru IPS yang menguasai keterampilan sosial, menyegarkan suasana belajar dengan banyolan-banyolan menghibur adalah satu kewajiban. Sejenak kita memoles talenta kita sebagai komedian.
Untuk mengembangkan keterampilan siswa, guru IPS dapat menggali jiwa ekonomi siswa agar menciptakan berbagai usaha sederhana dengan menggunakan prinsip ekonomi. Ide-ide brilian siswa harus dipancing agar mereka mampu berkolaborasi dengan kelompoknya untuk menciptakan ekonomi kreatif yang dapat membekali mereka bermanfaat di lingkungannya. Talenta yang harus kita gali dalam hal ini yaitu menjadi seorang enteurpreuneur.
Jika ada materi pembelajaran
yang penting untuk dilaksanakan di luar kelas (outing
class), agar siswa belajar dari pengalaman yang mereka lakukan saat mereka langsung terjun ke lapangan. Siswa akan dapat mengalami langsung apa yang
mereka pelajari. Biasanya kegiatan seperti ini, membuat siswa menguasai seluruh dimensi pengetahuan,
dari sisi faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif,
karena mereka terlibat langsung. Kecerdasan majemuk akan sangat nampak didapatkan oleh siswa.
Talenta guru yang dapat ditemukan di sini yaitu menjadi seorang event organizer.
Saat mengajarkan sejarah,
agar siswa merasakan makna mendalam dari cerita yang terjadi di masa lalu. Kadang kala
guru bermain peran berbagai tokoh dengan karater yang berbeda-beda. Guru
harus pandai membawa siswa seperti mengalami dan menangkap nilai dari cerita yang
disajikan. Dari kegiatan bermain peran ini, talenta guru IPS yang
nampak adalah sebagai seorang aktor.
Mempelajari berbagai wilayah dalam lingkup nasional,
regional, dan internasional menuntut guru IPS
mengenal berbagai wilayah. Bahkan wilayah-wilayah tersebut sudah menjadi peta mental (Mental Map) yang berfungsi secara otomatis ketika menerangkan atau menggambarkan tempat tersebut dihadapan siswa. Kemampuan membaca lokasi diterapkan kepada siswa dalam pembelajaran
Guru mengembangkan talenta menjadi seorang kartograf.
Memancing siswa untuk bercerita tentang hal
yang berbahaya bagi dirinya dan siswa lain. Mengajarkan siswa pentingnya assosiatif. Memahamkan pada diri siswa untuk senantiasa bekerjasama,
berbuatbaik, dan menghindari konflik. Salah satu konflik yang marak di
sekolah adalah bullying/perundungan. Pencegahan perundungan penting segera dilakukan,
karena akibat yang fatal bagi perkembangan mental siswa. Peran guru
sebagai pendamai dan negosiator sangat penting dalam mengahadapi hal ini.
Penguasaan teknologi
digital dalam pembelajaran masa kini harus dikuasai oleh guru
IPS. Memberikan tauladan selain dari sikap juga dari keterampilan kita yang
menguasai teknologi. Pembelajaran menarik dan menyenangkan penyajiannya,
salah satunya dengan teknologi yang dikuasai oleh guru. Kreativitas berbagai pembuatan presentasi materi,
video menarik, games-games menantang untuk selalu belajar,
membuat guru harus meningkatkan kapasitas dirinya sebagai ahli teknologi masa kini dalam pembelajaran.
Kemahiran pelaksanaan tugas yang diemban oleh guru IPS,
akan menentukan keberhasilan atau kegagalan bonus demografi Indonesia mendatang.
Penanaman nilai karakter dan penguatan spiritual,
serta tuntutan pemenuhan keterampilan peserta didik abad 21 yang meliputi: berpikir kritis dan memecahkan masalah (critical
thinking and problem solving),
kreatif dan inovatif (creativity and
innovation), pandai berkomunikasi (communication),
dan mampu bekerjasama (collaboration)
menjadi jembatan untuk menghadapi tantangan yang penuh persaingan dalam era
revolusiIndustri 4.0 ini. Jadilah guru yang
multitalenta!