ELISYA SOVIA, S.Pd.Gr.
SMAN 1 PASIE RAJA, ACEH
Sudah menjadi rahasia umum bahwa pandemi covid 19 yang
melanda dunia pada penghujung tahun 2019 menimbulkan tatanan baru dalam
kehidupan dunia, baik itu negara maju maupun negara berkembang. Keberadaan
pandemi ini memaksa dunia menerapkan Sistem New
NormaL atau kebiasaan baru. Tantangan New
Normal ini dirasakan dalam segala aspek dan yang sangat berpengaruh adalah
dalam bidang: sosial budaya, ekonomi, pariwisata dan pendidikan.
Corona virus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit
infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan
pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember
2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Corona virus. Tepatnya
20 Januari 2020 Virus corona jenis
baru ini mulai menjadi perhatian masyarakat dunia setelah otoritas kesehatan di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, mengatakan tiga orang tewas di Wuhan
setelah menderita pneumonia yang disebabkan virus tersebut.
Melansir
data dari laman Worldometers, total kasus Covid-19 di dunia terkonfirmasi
sebanyak 24.031.320 (24 juta) kasus hingga Rabu (26/8/2020). Dari jumlah
tersebut, sebanyak 16.579.882 (16,5 juta) pasien telah sembuh, dan 822.233
orang meninggal dunia dan di Indonesia sendiri terhitung 160.165 kasus
dengan 37.812 dalam perawatan, 115.409 dinyatakan sembuh dan 6,944
meninggal dunia. Data ini menunjukkan bahwa pandemi Covid 19 masih menjadi PR
bagi dunia khususnya Indonesia untuk beberapa waktu kedepan karena sebagaimana
diketahui bahwa virus ini sudah bermutasi sehingga penyebarannya semakin sulit
untuk dideteksi.
Sampai saat ini, kasus pasien yang telah terindikasi Virus
Corona di Indonesia membuat pemerintah menggalakkan aturan kepada seluruh
masyarakat untuk melakukan karantina dirumah. Dimana saat karantina dirumah
setiap masyarakat dihimbau untuk tetap dapat berkerja dari rumah, belajar dari
rumah, dan beribadah dari rumah. Hal ini dilakukan untuk dapat memutuskan
rantai penularan Virus Corona atau Covid-19
Di samping itu, pemerintah juga menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan anjuran WHO. Penerapan
protokol kesehatan, seperti: Social
Distancing, PSBB di Indonesia pada masa New
Normal membuat beberapa sektor di Indonesia menerapkan aturan-aturan baru
dalam pelaksanaanya, terkhususnya di bidang pendidikan, penutupan sekolah
semenjak akhir bulan Maret hingga sekarang dan digantikan dengan pembelajaran
Daring atau PJJ secara tidak langsung
memberikan dampak yang sangat bertolak belakang dalam paradigma pendidikan
Indonesia.
Munculnya
Pembelajaran Daring menggantikan PBM Tatap Muka
sebagai model baru pembelajaran di Indonesia merupakan revolusi yang
besar di dunia pendidikan. Bagaimana tidak,
pemerintah dipaksa berbenah untuk mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan dalam menerapkan model pembelajaran baru ini. Terdapat banyak
tantangan yang dihadapi hingga saat sekarang ini yang masih menjadi problematika
besar bagi pemerintahan untuk mewujudkan pola pendidikan yang memang mumpuni
dalam masa pandemi. Jika dijabarkan secara singkat, maka tantangan pemerintahan
lebih kepada hal yang bersifat teknis, seperti penerapan standar kesehatan di sekolah,
kebijakan dalam penyediaan fasilitas yang diperlukan, dan juga aspek lain yang
menunjang terlaksananya pendidikan yaitu kebijakan mengenai penyederhanan
kurikulum, akses internet untuk guru dan peserta didik
Tantangan terbesar
justru berada di tangan guru yang merupakan agentutama dalam pendidikan.
Keberadaan guru yang selama ini sebagaimana
dikatakan dalam tradisi
Jawa merupakan akronim dari "digugu lan ditiru" (orang yang dipercaya
dan diikuti), ), bukan hanya bertanggung jawab mengajar mata pelajaran yang
menjadi tugasnya, melainkan lebih dari itu juga mendidik moral,
etika,integritas, dan karakter .Dalam kontes sekolah, guru dipercaya karena
diharapkan guru akan selalu menyampaikan pengetahuan dan ketrampilan yang bermanfaat bagi kehidupan
peserta didiknya baik secara akademis maupun pribadi. Guru juga diharapkan
bertingkah laku sesuai azas moral dan adat istiadat setempat..
Pembelajaran tatap muka yang sangat berbanding terbalik
dengan pembelajaran Daring atau PJJ pada masa pandemi ini mengisyaratkan guru
harus mampu bersaing melawan keterbatasan yang dimilikinya untuk tetap menjalankan tugas tidak hanya mentransfer ilmu kepada siswa
tetapi mampu mendidik dan menjadikan dirinya sebagai motivator, inovator dan
fasilisator bagi peserta didiknya. Keberadaan
guru yang biasanya di depan kelas, memotivasi peserta didik melalui kata-kata
dan sikap yang ditunjukkan berganti dengan pola lain yang sama sekali belum
pernah dilakukan. Guru harus dituntut tetap bisa menjadi motivator melalui
pembelajaran daring yang dilakukan, seperti apa??hal ini adalah pertanyaan yang
menjadi pekerjaan rumah bagi para guru saat ini dan pertanyaan tersebut harus
dijawab sebagai suatu tanggung jawab yang harus diselesaikan.
Memotivasi siswa
secara tidak langsung memang tidak mudah, ditambah lagi dengan kejenuhan yang
dirasakan siswa dengan tumpukan tugas yang harus diselesaikan, namun semua itu
bukan tidak ada solusinya, guru hanya perlu sedikit terbuka dan mau meluangkan
waktunya untuk tidak hanya mengoreksi lembaran demi lembaran kertas mapun tugas
yang dikumpulkan melalui aplikasi yang digunakan. Perhatian dan sedikit kata
apresiasi yang diselipkan dalam lembar jawaban peserta didik mampu membuat
mereka termotivasi mengerjakan tugas. Selain itu, guru bisa memotivasi siswa dengan
tetap menerima keluhan dan juga permasalahan yang ingin didskusikan peserta
didik via WA maupun Messenger, hal ini dapat menimbulkan
pemikiran peserta didik sendiri bahwa
guru nya masih sangat peduli dan bagi guru sebagai bentuk tanggung jawab dalam melaksanakan tugas.
Permasalahan lain yang harus dihadapi guru adalah
teknologi, di satu sisi pembelajaran daring mampu mengapikasikan dan menerima
keberadaan Revolusi 4.0. Pandemi ini merupakan moment Revolusi dalam bidang
pendidkan, kertas hampir tidak dipergunakan lagi digantikan dengan Android dan
berbasis digital. Pelatihan- pelatihan menjamur tidak harus lagi dihadiri di
suatu ruangan dengan segala prosedurnya, namun berganti dengan istilah baru
yang disebut dengan webinar yang bisa diikuti dari mana saja . Pemerintah dan
lembaga-lembaga pendidikan bersenergi membuka pelatihan webinar ini dengan
berbagai narasumber yang kredibel dan materi
yang sangat relevan dengan kebutuhan guru dalam menghadapi penbelajaran
Jarak Jauh ini.
Pembelajaran Daring atau PJJ muncul dengan berbagai video conference, seperti ZOOM, Google
Meet, WEBEX, Google Form dan Google
Classroom dsb dengan menampilkan powerpoint atau video pembelajaran.
Kondisi ini mau tidak mau mengharuskan
para guru untuk melek IT agar proses pembelajaran daring bisa berjalan
lancar
Disinilah eksistensi guru sebagai inovator dalam bidang
pendidikan.Guru harus mampu menguasai dan mengikuti arus perubahan yang
muncul. Zaman telah berganti, kebudayaan
lama telah hilang, sekarang kita memasuki zaman digital dalam bidang
pendidikan. Tidak dipungkiri, masih banyak guru yang belum melek teknologi,
namun sekali lagi guru harus berbenah dalam menemukan metode baru yang dapat
dilakukannya dalam pembelajaran Daring ini. Tuntutan terbesar saat ini untuk
bisa menjadi innovator adalah guru harus banyak belajar dan tidak malu belajar.
Mengikuti webinar dan belajar
mengaplikasikannya adalah cara yang tepat dilakukan untuk saat ini,
karena guru lah yang paling mengerti media maupun metode mana yang cocok dengan
karakteristik peserta didiknya pada masa
pembelajaran daring ini.
Pembelajaran daring telah menempatkan digital sebagai
sumber utama bagi peserta didik dalam
mencari dan menemukan jawaban setiap tugas yang diberikan guru,hal ini sesuai
dengan tujuan kurikulum 2013 yang menginginkan pembelajaran tidak hanya satu
arah atau sumber belajar tidak hanya dari guru. Kenyataan ini membuat posisi guru sebagai fasilisator pada pembelajaran
daring ini justru sangat diperlukan. Bukan berarti tanpa adanya pembelajaran tatap muka guru tidak lagi
menjadi fasilisator bagi peserta didiknya. Fasilisator yang dimaksud disini
adalah keberadaan guru yang mampu menjadi filter bagi peserta didik dalam
mengakses konten-konten yang menunjang proses pembelajaran. Keberadaan dan
bimbingan guru sangat diperlukan sehingga peserta didik menjadi terarah dalam
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang telah diberikan Selain itu, penilaian
sikap dapat dilakukan oleh guru dengan melihat bagaimana peserta didik dapat
mendengarkan arahan dan melalukan perbuatan yang sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan di sekolah.
Melihat dari perkembangan pembelajaran Daring yang telah
dilakukan selama ini, teknologi memang telah memudahkan dan menimbulkan budaya
baru dalam proses belajar, namun peran guru sebagai pendidik tidak berhenti
hanya karena tidak berada di dalam kelas. Pengalaman di lapangan memberikan
pemahaman baru bagi kami para pendidik bahwa teknologi bukanlah pengganti guru
secara keseluruhan sebagaimana wacana yang menyebutkan kecerdasan buatan akan
menggantikan posisi guru, namun pandemi ini mengajarkan kita bahwa teknologi
akan bersanding dengan nurani.
Pandemi ini menjadi
moment bagi guru untuk menunjukkan bahwa guru adalah Garda Terdepan memberantas keterbelakangan pola fikir suatu negara dan guru harus mampu
menunjukkan profesionalismenya dalam bekerja dengan berbenah menyadari
kekurangan yang dimiliki, mendorong diri untuk menjadi pribadi yang tangguh
ditengah keterbatasan waktu dan permasalahan ,
berkompetensi dan memiliki daya
saing yang tinggi untuk meningkatkan keterampilan sesuai dengan tuntutan
perubahan yang terjadi. Guru tetaplah diperlukan dan tidak akan terganti jika
mampu mempertahankan eksistensinya sebagai guru yaitu fasilisator, innovator
dan motivator bagi peserta didik .