oleh
Elisya Sovia,S.Pd.,Gr
SMA NEGERI 1 Pasie Raja
CGP-4 Kab. Aceh Selatan
A. Peran
pendidik dalam Pendidikan
Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala
kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya,begitulah
yang diutarakan oleh Bapak Ki Hadjar Dewantara dalam
pandangannya tentang pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa seorang pendidik
dapat dikatakan berhasil apabila mampu menuntun dan mewujudkan rasa kebahagiaan
didalam pembelajaran yang dilakukannya. Untuk itu, pendidik tentu diharapkan
bisa memberikan pembelajaran menyeluruh (holistik) kepada semua peserta didik yang
mempunyai latar belakang berbeda. Kemampuan pendidik dalam memahami karakter
peserta didik ini mampu menciptakan lingkungan belajar yang berpihak kepada
murid.
Tidak jarang kita temui tulisan para pendidik, terkhususnya di dalam
PTK dan Makalah bahwa permasalahan yang dialami oleh pendidik di dalam proses
pembelajaran adalah minat dan motivasi belajar peserta didik yang rendah
sehingga berdampak kepada rendahnya hasil belajar yang didapatkan. Hal ini
seharusnya menjadi persoalan yang harus kita atasi secara bersama. Banyak
tulisan telah membahas mengenai model, media, sumber hingga strategi mengajar
yang mampu mendorong peserta didik aktif dalam belajar, namun semua itu kembali
lagi kepada peran pendidik dalam pendidikan bahwa pendidik yang professional
akan mampu merancang, melakukan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran dengan
sebaik-baiknya sehingga tujuan pendidikan itu tercapai. Didalam program
Pendidikan Guru Penggerak, kita akan dipandu mewujudkan pendidikan yang
berpihak kepada murid sehingga profil pelajar pancasila, belajar bermakna dan
pembelajaran sepanjang hayat dapat terwujud
B. Meramu keberagaman serta mewujudkan pendidikan
karakter melalui Pembelajaran
Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial emosional.
Setiap
peserta didik itu unik, mereka terlahir dengan berbagai kultur budaya, latar
belakang keluarga, ekonomi bahkan sistem politik yang berbeda. Hal ini lumrah
terjadi dimana saja, baik itu di daerah desa maupun perkotaan. Kita bisa
melakukan berbagai model dan media yang kita ketahui , namun hal ini tidak
cukup, karena kita tidak bisa menuntut peserta didik belajar di saat peserta
didik tersebut tidak siap untuk belajar serta setiap model/ media yang kita gunakan belum tentu
mampu merangkul peserta didik kita, hal ini di perparah semenjak PJJ dan New
Normal, kita temui bahwa peserta didik mengalami Disrupsi Pengetahuan , motivasi
belajar serta karakter peserta didik yang rendah yang dapat dilihat dari
kesadaran diri sebagai peserta didik serta tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan. Fenomena ini menjadi PR bersama yang dirasakan
oleh kalangan pendidik. Di Aceh Selatan, tepatnya di SMA N 1 Pasie Raja, Saya sebagai seorang pendidik
sangat merasakan semua ini.
Sebagai
seorang pendidik, kita harus mampu menyatukan keberagaman peserta didik ini
untuk bisa mewujudkan pembelajaran yang asyik, nyaman dan menyenangkan. Salah
satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah
pembelajaran yang menitikberatkan kepada kebutuhan peserta didik sehingga mampu
mewujudkan pembelajaran menyeluruh yang dapat dirasakan oleh semua peserta
didik dengan berbagai karakteristik berbeda. Dengan kata lain, pembelajaran ini
berupaya untuk meng-cover kesiapan belajar, minat serta profil belajar yang
dimiliki oleh peserta didik dengan demikian maka peserta didik mampu
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Pembelajaran
Berdiferensiasi juga mengisyaratkan pentingnya Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) dalam penerapannya, bahwa setiap peserta didik dengan segala
potensinya mampu bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil di dalam
mengerjakan tugas yang diberikan, memiliki kesadaran diri bahwa semua itu adalah
suatu hal yang harus dicapai dengan berkesadaran penuh serta melibatkan
kerjasama/ relasi untuk mewujudkan tujuan positif. Adapun yang menjadi Kompetensi PSE
adalah kesadaran diri, pengelolaan diri, keterampilan relasi, kesadaran sosial
dan Pengambilan keputusan bertanggung jawab.
Sebagai
Guru Sejarah dan Antropologi, saya
menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi berfokus kepada Konten/ materi, Proses
dan Produk. Sebagai contoh di dalam pembelajaran Antropologi mengenai Nilai
Kultural Masyarakat Indonesia, adapun langkah yang saya lakukan adalah :
1.
Memetakan
Karakteristik belajar Peserta didik.
Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui karakteristik peserta didik
a. mengamati gaya belajar yang dimiiliki,
dengan demikian kita bisa mengarahkan tugas sesuai dengan gaya belajar peserta
didik kita
b. Mengamati tugas-tugas yang telah
dikerjakan serta berdiskusi dengan rekan guru yang lain. Hal ini mampu
memberikan gambaran mengenai minat belajar yang dimiliki
c. Memberikan pertanyaan pemantik .
Misalnya kita bertanya apakah siswa senang belajat di dalam kelas, ruang
pustaka ataupun di Laboratorium, dengan demikian kita mengetahui kesiapan
belajar peserta didik.
2.
Penugasan
sesuai dengan Kesiapan, Minat dan Profil Belajar yang dmiliki peserta didik dan
penerapan Kompetensi Sosial Emosional dalam mendukung terwujudnya tujuan yang
akan dicapai
Saya memberikan kebebasan kepada peserta didik
saya memilih konten yang akan ditulis dari 7 (tujuh) unsur budaya yang dimiliki
oleh suatu masyarakat. Dengan kesadaran penuh/ kesadaran diri dalam memilih
konten, maka peserta menyelesaikan tugas dengan aktif, nyaman dan kreatif
dikarenakan sesuai dengan profil dan minat belajar yang mereka miliki.
b. Diferensiasi Proses
Didalam penugasan mengenai Nilai Kultural
Masyarakat Indonesia, saya memanfaatkan sumber daya yanga da dilingkungan
sekolah. Peserta didik bisa melalukan studi pustaka, eksplorasi melalui
internet dan wawancara dengan guru-guru di sekolah yang berasal dari latar
belakang budaya yang berbeda. Hal ini dapat terwujud dengan adanya keterampilan
relasi yang dimiliki peserta didik, sehingga memudahkan proses pengerjaan
tugas. Keterampilan relasi memberikan pengaruh positif bagi peserta didik untuk
bisa bekerja sama, berempati, serta menumbuhkan semangat gotong royong sesama
rekan atau narasumber.
c. Diferensiasi Produk
Setelah memilih konten dan menyelesainnya
sesuai dengan proses yang mereka pilih sendiri, maka saya memberikan penugasan sesuai dengan minat dan profil
belajar yang dimiliki melalui aplikasi canva, yaitu dalam bentuk, desain
poster, puisi, lagu dan video. peserta didik. Dengan demikian, kita mengetahui
peserta didik itu bertanggung jawab terhadap pilihan yang telah dilakukan sehingga
kompetensi PSE pengambilan keputusan bertanggung jawab sudah tercapai.
C. Coaching: Sarana Berbagi
Praktik Baik Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial Emosional
Tut Wuri Handayani, mengisyaratkan kepada kita bahwa pendidik itu sejatinya mampu memberikan teladan, penguatan, dorongan, tidak hanya kepada peserta didik tetapi juga sesama rekan sejawat. Keberadaan guru penggerak diharapkan mampu memberikan pengaruh positif melalui aksi nyata yang telah dilakukan dan berbagi pengalaman kepada rekan yang memang mau untuk tergerak berubah menjadi pendidik yang lebih baik kedepannya. Bersama-sama tergerak, bergerak dan menggerakkan sehingga trasnformasi pendidikan yang diinginkan dapat terwujud.
Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan Coaching kepada rekan sejawat maupun peserta didik dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna dan menyeluruh. Dengan metode TIRTA, saya berbagi pengalaman dan membantu kepada rekan sejawat dalam memahami kesulitan yang dirasakan selama proses pembelajaran, sama-sama berupaya menggali kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sehingga kita bisa memetakan ide, solusi yang akan dilakukan sebagai aksi nyata untuk mengatasi permaslahan serta menimbulkan komitmen sebagai tanggung jawab melakukan perubahan yang diinginkan.
Melalui Proses Coaching, saya mendapati bahwa permasalahan pembelajaran di sekolah saya adalah belum diterapkannya pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran yang dilakukan masih menitikberatkan kepada pemberian penugasan yang sama kepada peserta didik sehingga didapati sebagian peserta didik tidak mengerjakan tugas tersebut dengan maksimal. Alasan peserta didik tidak mengerjakan karena merasa bosan, tidak tertarik dan membosankan. Setelah melakukan evaluasi diri, rekan saya mengatakan bahwa ingin menerapkan pembelajaran yang saya terapkan di kelas, karena didalam pengamatan beliau peserta didik saya antusias didalam pembelajaran.
Berdasarkan sharing dan diskusi yang dilakukan, maka kami berupaya untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di sekolah dengan memasukkan KSE yang menguatkan karakteristk peserta didik. Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi ini dilakukan oleh rekan saya dalam jenis proses dan produk, sehingga pembelajaran yang awalnya teacher oriented dan membosankan, dengan menitikberatkan kepada minat belajar dan profil belajar peserta didik dapat terwujud pembelajaran yang tidak hanya asyik tetapi mampu menimbulkan karakter dengan kesadaran diri terhadap tugas, keterampilan relasi dalam proses pengerjaan tugas serta bertanggung jawab akan setiap kepitusan yang telah diambil karena dalam pembelajaran ini memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam melakukan proses, produk namun tetap mengacu kepada tujuan pembelajaran dari setiap materi.